Sabtu, 05 April 2008

Berburu benda antik

Hoby merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi pemiliknya. Konon ,hoby yang dikelola dengan baik mampu menciptakan semangat hidup dan membuat hidup lebih berarti. Namun hoby juga perlu toleransi jika kebetulan sepasang suami isteri memiliki hoby yang berbeda. Bagaimana tidak , jika suami hobynya mincing sedangkan sang isteri suka jalan-jalan.

Hoby saya sebenarnya banyak, dari jalan-jalan membaca, tanaman hias, menjahit, mendengarkan musik , koleksi perangko dan koleksi benda antik. Koleksi benda antik merupakan hoby saya yang saat ini sedang “kambuh”. Pasalnya karena suami saya ternyata sudah mulai “terjangkit”. Istilah antik menurut kriteria saya cukup sederhana. Bisa jadi benda itu bentuknya mungil, langka atau dilihat dari sudut umur. Misalnya koleksi vas kuningan saya sudah ikut sejak tahun tujuhpuluhan. Kemudian kapstok pemberian ibu berumur lebih setengah abad.

Disaat mudik lebaran saya tidak melewatkan momen untuk gerilya ditempat saudar. Jika berkunjung ditempat keluarga, sambil melirik benda antik, barangkali bias dibawa pulang kerumah. Susahnya kalau hubungan keluarga belum terlalu dekat. Kalau punya ibu, sudah beberapa tahun yang lalu satu demi satu mulai dari kapstok,kinangan,tempat buah porselen sudah menjadi koleksi saya.Pernah saat mudik lebaran tahun yang lalu, dikeluarga suami menyimpan meja segi delapan dengan ornamen dikaki yang unik. Hati saya bergumam, seandainya meja ini disentuh politur dan menjadi bagian ruang tamu saya asyik juga. Tanpa pikir panjang saya bujuk suami untuk mengadopsi meja tua itu. Dengan kata kunci “nderek ngrumat”( ikut merawat) pemiliknya menjadi luluh, beberapa minggu kemudian meja tersebut sudah menjadi bagian dari koleksi saya.

Nah , bagaimana berburu benda antik selanjutnya? Untuk mengisi lemari pajangan saya dengan benda antik kalau punya kantong tebal tentu tidak masalah. Disepanjang jalan Surabaya banyak dijual benda-benda antik yang harganya aduhai. Namun bagaimana dengan kondisi dana yang terbatas tetapi bisa memperoleh benda yang diinginkan. Kegiatan berburu ini tentu harus memiliki strategi khusus. Dengan berpakaian santai, kalau perlu pakai sandal jepit, saya menyusuri kawasan pasar loak ala kaki lima. Disitu bertebaran barang-barang loak seperti kipas angin,radio,sepatu,piring dan kuningan.Benda kuningan inilah yang perlu saya amati, meskipun warnanya sudah cenderung kehijau-hijauan.

Pertimbangan sebelum membeli benda antik ini terletak pada bentuknya yang unik atau melengkapi pasangan yang sudah dimiliki. Pernah ketika itu menemukan “sepatu” hanya sebelah,atau teko dan sloki yang tidak lengkap.Untunglah beberapa waktu kemudian harapan untuk mendapat pasangannya dapat terpenuhi. Berbeda dengan harga di jalan Surabaya, disini jauh lebih miring, maklum rata-rata masih asli ,belum disentuh braso.Untuk menyulap menjadi kinclong perlu ditempuh berbagai cara . Mulai dari campuran garam dan asam, Brasso sampai Strahldur yang made in Norwegia saya coba untuk membuat kuningan benar-benar menjadi kinclong.

Tidak ada komentar: